DOA NABI IBRAHIM as
Di antara doa para rasul yang bisa kita jumpai dalam
Al-Qur’an dan bisa kita ambil pelajaran darinya adalah doa-doa yang dipanjatkan
oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Di antaranya:
Dalam Surat As-Shaffat ayat 100:
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
Artinya: “Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang
saleh.”
Dalam Surat Ibrahim ayat 35:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
Artinya: “Dan ingatlah ketika Nabi Ibrahim berdoa “Ya Tuhanku,
jadikanlah negeri ini aman dan jauhkanlah aku dan anak-anakku dari menyembah
berhala.”
Dalam Surat Ibrahim ayat 40-41:
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
Artinya: “Ya Tuhanku, jadikanlah aku sebagai orang
yang mendirikan shalat dan juga keturunanku. Ya Tuhanku, terimalah doaku. Ya
Tuhan kami, ampunilah aku, kedua orang tuaku dan orang-orang mukmin di hari
perhitungan.”
Dalam Surat Al-Baqarah ayat 126:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
Artinya: “Dan ingatlah ketika Nabi Ibrahim berdoa ‘Ya
Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman dan berilah penduduknya rezeki
dari buah-buahan, yakni orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir di
antara mereka’.”
Mencermati doa-doa yang dipanjatkan Nabi Ibrahim di
atas ada pendidikan luhur dan teladan yang perlu ditiru oleh setiap Muslim
menjalani kehidupan dan dalam mengajukan permohonan kepada Allah SWT.
Pertama : ketika Nabi Ibrahim
berkeinginan untuk memiliki keturunan beliau memintanya kepada Allah dengan
permintaan keturunan yang saleh. Dalam bahasa Arab kata “saleh” berarti patut,
pantas atau layak. Keturunan yang saleh adalah keturunan yang pantas dalam
segala hal. Berkepribadian yang pantas dengan akhlak yang terpuji, berperilaku
dan berucap yang patut yang tidak merugikan orang lain, juga layak secara
keilmuan, ekonomi dan sebagainya.
Keturunan semacam inilah yang didambakan oleh Nabi
Ibrahim. Beliau meminta keturunan dengan sifat saleh, bukan pandai, tampan,
kaya raya atau semisalnya.
Kedua : di dalam doa-doanya Nabi Ibrahim selalu
mengikutsertakan anak-anak keturunannya. Beliau tidak meminta kebaikan-kebaikan
kepada Allah hanya untuk diri sendiri saja, tapi beliau pintakan juga untuk
anak-anak keturunannya. Ini menunjukkan bahwa sebagai orang tua Nabi Ibrahim
tidak egois, tidak mau menikmati seorang diri fasilitas yang diberikan Allah
kepadanya tanpa melibatkan anak-anaknya. Beliau selalu berkeinginan agar setiap
nikmat yang ia cecap juga dinikmati oleh anak-anak keturunannya.
Sikap ini dengan jelas bisa diambil pelajaran pada
Surat Al-Baqarah ayat 124:
وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي
Artinya: “Dan ingatlah ketika Nabi Ibrahim diuji oleh
Tuhannya dengan beberapa perintah, maka ia menyempurnakan perintah itu.
Tuhannya berfirman, “Sungguh aku menjadikanmu sebagai imam bagi umat manusia.”
Ia berkata, “Demikian pula anak keturunanku.”
Cukup jelas, ketika Allah memberikan penghargaan
kepada beliau dengan menjadikannya imam bagi umat manusia atas prestasinya yang
telah melakukan perintah-perintah-Nya dengan sempurna, Nabi Ibrahim seakan tak
ingin menikmati penghargaan itu seorang diri. Maka ia pintakan kepada Tuhannya
agar anak keturunannya juga dijadikan pemimpin bagi umat manusia. Dan kelak apa
yang dimintakan beliau dikabulkan oleh Allah. Sejarah mencatat bahwa para raja
dan para nabi yang diutus setelah masanya adalah anak-anak keturunan Nabi
Ibrahim ‘alaihis salam.
Ketiga : selain tidak
melupakan anak-anak keturunan di dalam berdoa Nabi Ibrahim juga tidak lupa
mendoakan negeri di mana ia tinggal dengan kebaikan-kebaikan. Ini penting.
Ketika seseorang memohon kebaikan untuk dirinya sendirinya maka kebaikan itu
hanya dinikmati oleh dirinya sendiri. Namun ketika ia mendoakan kebaikan
negerinya berupa keamanan, ketenteraman, kemakmuran dan lain sebagainya maka
kebaikan negeri itu juga akan dinikmati olehnya dan oleh setiap orang yang
hidup di negeri tersebut.
Doa Nabi Ibrahim yang semacam ini pada kenyataannya
dikabulkan dan dinikmati hasilnya oleh berjuta orang. Kota Maakkah yang
didoakan beliau adalah kota yang begitu aman dan nyaman. Siapapun yang
mengunjunginya tercukupi kebutuhannya. Ia bisa memakan berbagai buah-buahan
sebagaimana di negerinya sendiri meskipun di Kota Makkah buah-buahan itu tak
ada tanamannya. Siapapun yang mengunjungi dan kemudian meninggalkannya selalu
memiliki keinginan untuk bisa mengunjunginya lagi dan lagi.
Keempat : doa Nabi Ibrahim
yang diabadikan dalam Surat Ibrahim ayat 41 adalah doa yang luar biasa berharga
bagi kaum mukmin di manapun berada. Dalam doa itu beliau meminta ampunan kelak
di hari kiamat bagi dirinya, kedua orang tuanya dan juga bagi kaum mukminin. Bila
demikian adanya, bukankah itu berarti setiap orang mukmin kelak di hari kiamat
akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah subhanahu wa ta’ala? Ini merupakan
sebuah kegembiraan besar bagi seluruh orang mukmin, karena Allah tak akan
menolak doa kekasih-Nya, Sang Kholil Nabi Ibrahim.
Dalam kehidupan sehari-hari akan lebih baik bila
setiap muslim dalam berdoa meniru apa yang dilakukan Nabi Ibrahim. Kalaupun
tidak mengikutsertakan wilayah tempat tinggalnya dalam doanya setidaknya
mengikutsertakan anak-anak keturunannya. Bila setiap keluarga memiliki dan
mampu menciptakan anak-anak keturunan yang baik karena doa orang tuanya
maka kelak mereka akan membentuk sebuah masyarakat yang baik pula. Dan pada
skala yang lebih besar mereka juga akan membentuk generasi bangsa yang baik
yang akan mengelola bangsa dan negeri ini dengan baik pula.
Itulah sebabnya sebagian ulama menganjurkan agar
ketika meminta barokah doa dari seorang yang alim dan saleh agar juga
memintakan doa kebaikan bagi wilayah yang menjadi tempat tinggalnya. Wallahu
a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar