Lirik Lagu Lir ilir
Lir-ilir,
Lir Ilir
Tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo
Tak sengguh temanten anyar
Cah Angon, Cah Angon
Penekno Blimbing Kuwi
Lunyu-lunyu penekno
Kanggo Mbasuh Dodotiro
Dodotiro Dodotiro
Kumitir Bedah ing pinggir
Dondomono, Jlumatono
Kanggo Sebo Mengko sore
Mumpung Padhang Rembulane
Mumpung Jembar Kalangane
Yo surako surak Iyo!!!
Arti
Lirik Lagu Lir ilir
Bangunlah,
bangunlah
Tanaman
sudah bersemi
Demikian
menghijau
bagaikan
pengantin baru
Anak
gembala, anak gembala
panjatlah
(pohon) belimbing itu
Biar
licin dan susah tetaplah kau panjat
untuk
membasuh pakaianmu
Pakaianmu,
pakaianmu
terkoyak-koyak
di bagian samping
Jahitlah,
benahilah
untuk
menghadap nanti sore
Mumpung
bulan bersinar terang,
mumpung
banyak waktu luang
Ayo
bersoraklah dengan sorakan iya
-----------------------------------------------------------------------------------
Penjelasan :
1.
Lir-ilir, Lir-ilir (Bangunlah, bangunlah)
Tandure
wus sumilir (Tanaman sudah bersemi)
Tak ijo
royo-royo (Demikian menghijau)
Tak
sengguh temanten anyar (Bagaikan pengantin baru)
Makna : Sebagai
umat Islam kita diminta bangun. Bangun dari keterpurukan, bangun dari sifat
malas untuk lebih mempertebal keimanan yang telah ditanamkan oleh Alloh dalam
diri kita yang dalam ini dilambangkan dengan Tanaman yang mulai bersemi dan
demikian menghijau. Terserah kepada kita, mau tetap tidur dan membiarkan
tanaman iman kita mati atau bangun dan berjuang untuk menumbuhkan tanaman
tersebut hingga besar dan mendapatkan kebahagiaan seperti bahagianya pengantin
baru.
2.
Cah angon, cah angon (Anak gembala, anak gembala)
Penekno Blimbing kuwi (Panjatlah (pohon) belimbing
itu)
Lunyu-lunyu
penekno (Biar licin dan susah tetaplah kau panjat)
Kanggo
mbasuh dodotiro (untuk membasuh pakaianmu)
Makna : Disini
disebut anak gembala karena oleh Alloh, kita telah diberikan sesuatu untuk
digembalakan yaitu HATI. Bisakah kita menggembalakan hati kita dari dorongan
hawa nafsu yang demikian kuatnya?
Si anak gembala diminta memanjat pohon belimbing yang notabene
buah belimbing bergerigi lima buah. Buah belimbing disini menggambarkan lima
rukun Islam. Jadi meskipun licin, meskipun susah kita harus tetap memanjat
pohon belimbing tersebut dalam arti sekuat tenaga kita tetap berusaha
menjalankan Rukun Islam apapun halangan dan resikonya.
Lalu apa gunanya? Gunanya adalah untuk mencuci pakaian kita
yaitu pakaian taqwa.
3.
Dodotiro, dodotiro (Pakaianmu, pakaianmu)
Kumitir bedah ing pinggir (terkoyak-koyak dibagian
samping)
Dondomono,
Jlumatono (Jahitlah, Benahilah!!)
Kanggo
sebo mengko sore (untuk menghadap nanti sore)
Makna : Pakaian
taqwa kita sebagai manusia biasa pasti terkoyak dan berlubang di sana sini,
untuk itu kita diminta untuk selalu memperbaiki dan membenahinya agar kelak
kita sudah siap ketika dipanggil menghadap kehadirat Alloh SWT.
4.
Mumpung padhang rembulane (Mumpung
bulan bersinar terang)
Mumpung jembar kalangane (mumpung banyak waktu
luang)
Yo
surako surak iyo!!! (Bersoraklah dengan sorakan Iya!!!)
Makna : Kita
diharapkan melakukan hal-hal diatas (no 1-3) ketika kita masih sehat
(dilambangkan dengan terangnya bulan) dan masih mempunyai banyak waktu luang
dan jika ada yang mengingatkan maka jawablah dengan Iya!!!
Lir ilir, judul dari tembang di atas. Bukan sekedar tembang
dolanan biasa, tapi tembang di atas mengandung makna yang sangat mendalam.
Tembang karya Kanjeng Sunan ini memberikan hakikat kehidupan dalam bentuk syair
yang indah.
Apakah makna mendalam dari tembang ini? Mari kita coba mengupas maknanya
Lir-ilir, lir-ilir tembang
ini diawalii dengan ilir-ilir yang artinya bangun-bangun atau bisa diartikan
hiduplah (karena sejatinya tidur itu mati) bisa juga diartikan sebagai
sadarlah. Tetapi yang perlu dikaji lagi, apa yang perlu untuk dibangunkan? Apa
yang perlu dihidupkan? hidupnya Apa ? Ruh? kesadaran ? Pikiran? terserah kita
yang penting ada sesuatu yang dihidupkan, dan jangan lupa disini ada unsur
angin, berarti cara menghidupkannya ada gerak. (kita fikirkan ini)..gerak
menghasilkan udara. ini adalah ajakan untuk berdzikir. Dengan berdzikir, maka
ada sesuatu yang dihidupkan.
tandure wus sumilir, Tak
ijo royo-royo tak senggo temanten anyar. Bait ini mengandung
makna kalau sudah berdzikir maka disitu akan didapatkan manfaat yang dapat
menghidupkan pohon yang hijau dan indah. Pohon di sini artinya adalah sesuatu
yang memiliki banyak manfaat bagi kita. Pengantin baru ada yang mengartikan
sebagai Raja-Raja Jawa yang baru memeluk agama Islam. Sedemikian maraknya
perkembangan masyarakat untuk masuk ke agama Islam, namun taraf penyerapan dan
implementasinya masih level pemula, layaknya penganten baru dalam jenjang
kehidupan pernikahannya.
Cah angon cah angon penekno
blimbing kuwi. Mengapa kok “Cah
angon” ? Bukan “Pak Jendral” , “Pak Presiden” atau yang lain?
Mengapa dipilih “Cah angon” ? Cah angon maksudnya adalah seorang yang mampu
membawa makmumnya, seorang yang mampu “menggembalakan” makmumnya dalam jalan
yang benar. Lalu,kenapa “Blimbing”
? Ingat sekali lagi, bahwa blimbing berwarna hijau (ciri khas Islam) dan
memiliki 5 sisi. Jadi blimbing itu adalah isyarat dari agama Islam, yang
dicerminkan dari 5 sisi buah blimbing yang menggambarkan rukun Islam yang
merupakan Dasar dari agama Islam. Kenapa “Penekno” ? ini adalah
ajakan para wali kepada Raja-Raja tanah Jawa untuk mengambil Islam dan dan
mengajak masyarakat untuk mengikuti jejak para Raja itu dalam melaksanakan
Islam.
Lunyu lunyu penekno kanggo
mbasuh dodotiro. Walaupun dengan bersusah payah, walupun penuh rintangan,
tetaplah ambil untuk membersihkan pakaian kita. Yang dimaksud pakaian adalah
taqwa. Pakaian taqwa ini yang harus dibersihkan.
Dodotiro dodotiro, kumitir
bedah ing pinggir. Pakaian taqwa harus kita bersihkan, yang jelek jelek kita
singkirkan, kita tinggalkan, perbaiki, rajutlah hingga menjadi pakain yang
indah ”sebaik-baik pakaian adalah pakaian taqwa“.
dondomono jlumatono kanggo
sebo mengko sore. Pesan dari para Wali bahwa suatu ketika kamu akan mati dan
akan menemui Sang Maha Pencipta untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatanmu.
Maka benahilah dan sempurnakanlah ke-Islamanmu agar kamu selamat pada hari
pertanggungjawaban kelak.
Mumpung padhang rembulane,
mumpung jembar kalangane. Para wali mengingatkan agar para penganut Islam melaksanakan
hal tersebut ketika pintu hidayah masih terbuka lebar, ketika kesempatan itu
masih ada di depan mata, ketika usia masih menempel pada hayat kita.
Yo surako surak hiyo.
Sambutlah seruan ini dengan sorak sorai “mari
kita terapkan syariat Islam” sebagai tanda kebahagiaan.
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا
يُحْيِيكُمْ
Hai orang-orang yang
beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu
kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (Al-Anfal :24)
Wallahu A'lam
Bish-Shawabi
Catatan : Mohon
maaf jika ada kesalahan dalam penulisan, karena kesempurnaan hanya milik Allah.
Mohon untuk mengkoreksi apabila terjadi salah tulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar