Search This Blog

Hidup Guru ... ! Hidup PGRI .... !!! Solidaritas.... Yes

Hidup Guru ... ! Hidup PGRI .... !!! Solidaritas.... Yes
Salam PGRI, tetap Semangat dan iklas untuk mencerdaskan anak bangsa

Beranda

Sabtu, 20 Juli 2019

Orang Yang Selamat Dari Kerugian di Dunia dan Akherat

Orang Yang Selamat Dari Kerugian di Dunia dan Akherat 





Di dalam surat ini memiliki kandungan makna yang sangat dalam, sampai-sampai Imam Asy Syafi'i Rahimahullah berkata, "Seandainya setiap manusia merenungkan surat ini, niscaya hal itu akan mencukupi untuk mereka". Surat itu adalah Al 'Ashr (berarti masa/waktu), dalam al-Qur'an merupakan surat yang ke-103.
“Ada apa dengan waktu?”. Hal ini akan menarik rasa ingin tahu para hamba tentang hikmah di baliknya dan memunculkan sifat pengagungan serta rasa penasaran terhadapnya. Sehingga ketika mereka membaca dan mengetahuinya, keagungan kandungan dan petikan hikmahnya akan sangat menyentuh hingga merasuk di dalam dada. 
Syaikh Ali ath-Thantahwi rahimahullah berkata: Allah Azza wajalla bersumpah dengan al-Ashr (yaitu zaman/waktu), yaitu bahwa manusia benar-benar berada dalam kerugian. Hal ini memberi isyarat bahwa kerugian ini datang secara pasti bersama waktu, ia bukanlah kerugian yang bersifat harta yang dapat diganti atau kerugian cinta yang dapat dilupa. Ia adalah kerugian hidup itu sendiri”. (Nurun Wa Hidayah: 25). Allah Azza wajalla menyebutkan golongan/orang-orang yang akan selamat dari kebinasaan yang sifatnya berhubungan dengan waktu, yaitu orang yang beriman, beramal saleh, saling bernasehat dalam kebaikan dan saling bernasehat untuk bersikap sabar.
1.     Iman.   Yaitu iman yang tidak dinodai dengan keraguan. Ini mencakup semua hal yang bisa mendekatkan dirinya kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala ; yang berupa aqidah yang shahih dan ilmu yang bermanfaat. Iman ini bukan sekedar membenarkan saja. Namun harus disertai dengan sikap menerima dan tunduk.
2.  Amal shalih.  Yaitu semua ucapan atau perbuatan yang mendekatkannya kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala , seperti shalat, zakat, bakti pada dua orang tua, menyambung silaturahim dan lainnya. Dan amal shalih harus memenuhi dua syarat, yaitu: ikhlas karena Allâh Subhanahu wa Ta’ala , dan ittibâ’mengikuti tuntunan Nabi Muhammad saw. Bila salah satunya tidak terpenuhi, maka amal pun tidak diterima Allâh .
3.  Nasehat menasehati supaya mentaati Kebenaran dan Nasehat menasehati supaya menetapi Kesabaran
F  Nasehat menasehati supaya mentaati Kebenaran, Satu sama lain nasihat-menasihati untuk melakukan kebaikan, dan memotivasi sesama untuk merealisasikannya. Ini artinya ia berupaya untuk keshalihan dirinya dan juga keshalihan orang lain.
F  Nasehat menasehati supaya menetapi Kesabaran, Yaitu saling menasihati untuk bersabar dalam melakukan perintah Allâh Subhanahu wa Ta’ala, bersabar dalam meninggalkan larangan-Nya, serta bersabar dalam menanggung ketentuan takdir Allâh Subhanahu wa Ta’ala.
Orang yang selamat dari kerugian/ kebinasaan yang sifatnya berhubungan dengan waktu, yaitu: Mulai dari iman, amal, berwasiat dalam kebanaran lalu diakhiri dengan kesabaran. Allah mengisyaratkan bahwa perkara yang harus paling awal dilakukan adalah beriman. Sebab amalan yang baik tanpa disertai iman hanya bagikan debu-debu yang berterbangan. Setelah itu, Allah lanjutkan dengan amal dan nasehat dalam kebenaran. Ini mengiysaratkan bahwa amalan yang dilakukan setiap muslim haruslah di atas kebenaran. Terakhir Allah menutupnya dengan wasiat dalam kesabaran. Ini adalah penutupan yang sangat sangat indah dan sempurna. Allah menutup dengan memberi isyarat bahwa dalam melakukan setiap jalan keselamatan itu, baik iman, amal dan kebenaran pasti akan mendapatkan berbagai macam ujian. Maka hendakklah setiap manusia yang berharap keselamatan, bersabar dalam menjalankan semua itu.
Mengenai saling menasihati untuk mengikuti kebenaran dan menasihati untuk bersabar, terkandung di dalamnya amar ma’ruf nahi munkar; memerintahkan hal yang baik dalam tinjauan Syariat, dan melarang yang mungkar. Dua unsur inilah yang menjadi penopang dan kebaikan umat ini. Dengan amar ma’ruf nahi mungkar umat ini mendapat pertolongan dan kemuliaan dari Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Allâh Subhanahu wa Ta’ala  telah menjadikan kita sebagai umat terbaik yang dimunculkan untuk sekalian manusia. Allâh Subhanahu wa Ta’ala  menjelaskan sebab dari hal tersebut dalam firman-Nya:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allâh. [Âli Imrân/ 3: 110]
Rasulullah bersabda,  "Khairunnas anfa'uhum linnas"- Sebaik-baik kalian adalah yang paling banyak manfaatnya buat orang lain - (HR. Ibnu Hajar al-Asqalani). 
Allah berfirman:
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُواْ إِلاَّ بِحَبْلٍ مِّنْ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَآؤُوا بِغَضَبٍ مِّنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُواْ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الأَنبِيَاء بِغَيْرِ حَقٍّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُواْ يَعْتَدُونَ
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.” (QS. Ali Imran 112).
Islam memiliki ajaran yang membentangkan dua bentuk hubungan  harmonis yang akan membawa kemuliaan dan keselamatan manusia di sisi Allah subhanahu wata’ala, yaitu:
1.       Tata hubungan yang mengatur antara manusia dengan Tuhannya dalam hal ibadah (ubudiyah) atau yang populer dikatakan dengan hablum minallah.
2.       Tata hubungan yang mengatur antara manusia dengan makhluk yang lainnya dalam wujud amaliyah sosial.
Rasululullah Saw menegaskan:

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

"Kaum mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya" (H.R. Ahmad dan Tirmidzi). 






Wallahu a’lam  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar