Orang Yang Selamat Dari Kerugian di Dunia dan Akherat
Di dalam surat ini memiliki kandungan makna yang sangat
dalam, sampai-sampai Imam Asy Syafi'i Rahimahullah berkata, "Seandainya setiap manusia merenungkan
surat ini, niscaya hal itu akan mencukupi untuk mereka". Surat itu
adalah Al 'Ashr (berarti masa/waktu), dalam al-Qur'an merupakan surat yang
ke-103.
“Ada apa dengan waktu?”.
Hal ini akan menarik rasa ingin tahu para hamba tentang hikmah di baliknya dan
memunculkan sifat pengagungan serta rasa penasaran terhadapnya. Sehingga ketika
mereka membaca dan mengetahuinya, keagungan kandungan dan petikan hikmahnya
akan sangat menyentuh hingga merasuk di dalam dada.
Syaikh Ali ath-Thantahwi rahimahullah berkata:
Allah Azza wajalla bersumpah dengan al-Ashr (yaitu
zaman/waktu), yaitu bahwa manusia benar-benar berada dalam kerugian. Hal ini memberi isyarat bahwa kerugian ini datang secara
pasti bersama waktu, ia bukanlah
kerugian yang bersifat harta yang dapat diganti atau kerugian cinta yang dapat
dilupa. Ia adalah kerugian hidup itu sendiri”. (Nurun Wa Hidayah: 25). Allah Azza
wajalla menyebutkan golongan/orang-orang yang akan selamat dari
kebinasaan yang sifatnya berhubungan dengan waktu, yaitu orang yang beriman, beramal
saleh, saling bernasehat dalam
kebaikan dan saling bernasehat untuk bersikap sabar.
1. Iman. Yaitu iman
yang tidak dinodai dengan keraguan. Ini mencakup semua hal yang bisa
mendekatkan dirinya kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala ; yang berupa aqidah yang
shahih dan ilmu yang bermanfaat. Iman ini bukan sekedar membenarkan saja. Namun
harus disertai dengan sikap menerima dan tunduk.
2. Amal shalih. Yaitu semua ucapan atau perbuatan yang
mendekatkannya kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala , seperti shalat, zakat, bakti
pada dua orang tua, menyambung silaturahim dan lainnya. Dan amal shalih harus
memenuhi dua syarat, yaitu: ikhlas karena Allâh Subhanahu wa Ta’ala ,
dan ittibâ’mengikuti tuntunan Nabi Muhammad saw. Bila salah satunya tidak
terpenuhi, maka amal pun tidak diterima Allâh .
3. Nasehat menasehati supaya mentaati Kebenaran dan Nasehat
menasehati supaya menetapi Kesabaran
F
Nasehat menasehati supaya mentaati Kebenaran, Satu sama lain nasihat-menasihati untuk
melakukan kebaikan, dan memotivasi sesama untuk merealisasikannya. Ini artinya
ia berupaya untuk keshalihan dirinya dan juga keshalihan orang lain.
F
Nasehat menasehati supaya menetapi Kesabaran, Yaitu saling menasihati untuk bersabar dalam
melakukan perintah Allâh Subhanahu wa Ta’ala, bersabar dalam meninggalkan
larangan-Nya, serta bersabar dalam menanggung ketentuan takdir Allâh Subhanahu
wa Ta’ala.
Orang yang selamat dari
kerugian/ kebinasaan yang sifatnya berhubungan dengan waktu, yaitu: Mulai dari
iman, amal, berwasiat dalam kebanaran lalu diakhiri dengan kesabaran. Allah
mengisyaratkan bahwa perkara yang harus paling awal dilakukan adalah beriman.
Sebab amalan yang baik tanpa disertai iman hanya bagikan debu-debu yang
berterbangan. Setelah itu, Allah lanjutkan dengan amal dan nasehat dalam
kebenaran. Ini mengiysaratkan bahwa amalan yang dilakukan setiap muslim haruslah
di atas kebenaran. Terakhir Allah menutupnya dengan wasiat dalam kesabaran. Ini
adalah penutupan yang sangat sangat indah dan sempurna. Allah menutup dengan
memberi isyarat bahwa dalam melakukan setiap jalan keselamatan itu, baik iman,
amal dan kebenaran pasti akan mendapatkan berbagai macam ujian. Maka hendakklah
setiap manusia yang berharap keselamatan, bersabar dalam menjalankan semua itu.
Mengenai saling
menasihati untuk mengikuti kebenaran dan menasihati untuk bersabar, terkandung
di dalamnya amar ma’ruf nahi munkar; memerintahkan hal yang baik dalam
tinjauan Syariat, dan melarang yang mungkar. Dua unsur inilah yang menjadi
penopang dan kebaikan umat ini. Dengan amar ma’ruf nahi mungkar umat
ini mendapat pertolongan dan kemuliaan dari Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Allâh
Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan kita sebagai umat terbaik yang
dimunculkan untuk sekalian manusia. Allâh Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan
sebab dari hal tersebut dalam firman-Nya:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allâh. [Âli Imrân/ 3: 110]
Rasulullah bersabda,
"Khairunnas anfa'uhum linnas"- Sebaik-baik kalian adalah
yang paling banyak manfaatnya buat orang lain - (HR. Ibnu Hajar
al-Asqalani).
Allah berfirman:
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ
الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُواْ إِلاَّ بِحَبْلٍ مِّنْ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِّنَ
النَّاسِ وَبَآؤُوا بِغَضَبٍ مِّنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُواْ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ
الأَنبِيَاء بِغَيْرِ حَقٍّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُواْ يَعْتَدُونَ
“Mereka
diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang
kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia dan mereka
kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang
demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi
tanpa alasan yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan
melampaui batas.” (QS. Ali Imran
112).
Islam memiliki ajaran yang membentangkan dua bentuk
hubungan harmonis yang akan membawa kemuliaan dan keselamatan manusia di
sisi Allah subhanahu wata’ala, yaitu:
1.
Tata hubungan
yang mengatur antara manusia dengan Tuhannya dalam hal ibadah (ubudiyah) atau
yang populer dikatakan dengan hablum minallah.
2.
Tata hubungan
yang mengatur antara manusia dengan makhluk yang lainnya dalam wujud amaliyah
sosial.
Rasululullah Saw
menegaskan:
أَكْمَلُ
الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
"Kaum mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya" (H.R. Ahmad dan Tirmidzi).
Wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar